Memahami Gaji yang Dikenakan PPH 21: Apa yang Perlu Anda Ketahui

Ekasulistiyana.web.id – Selamat datang di artikel ini yang membahas tentang Pajak Penghasilan Pasal 21 atau PPH 21 dalam dunia profesional. Sebagai HR Manager dengan pengalaman 10 tahun, saya ingin berbagi pengetahuan seputar topik ini sehingga anda bisa memahami gaji yang dikenakan PPH 21 dengan jelas dan tepat.

Apapun profesi anda, entah itu pekerjaan dengan gaji biasa ataupun penghasilan yang lebih tinggi, pasti mengalami pengenaan PPH 21. Oleh karena itu, penting bagi anda untuk mengetahui bagaimana PPH 21 bekerja dan apa saja yang diperhitungkan dalam pemotongan pajak gaji anda. Dalam tulisan ini, saya akan membahas beberapa topik penting terkait dengan PPH 21 yang perlu anda ketahui.


1. Perhitungan PPH 21

1. Perhitungan PPH 21Sumber: bing

Perhitungan PPH 21 sangat penting dalam menentukan berapa pajak yang harus dipotong dari gaji anda. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perhitungan PPH 21, seperti besarnya gaji, tunjangan yang diterima, serta potongan-potongan yang lain. Saya akan menjelaskan masing-masing faktor secara detail dan memberi contoh perhitungannya.

Besarnya gaji adalah faktor terbesar dalam perhitungan PPH 21. Semakin besar gaji yang diterima, semakin besar pula pajak yang harus dipotong. Di samping itu, tunjangan yang diterima seperti tunjangan kesehatan, tunjangan keluarga, dan tunjangan lainnya juga dapat mempengaruhi perhitungan PPH 21. Terakhir, ada potongan lain seperti iuran BPJS dan Leasing yang turut dihitung dalam perhitungan PPH 21.

Contoh perhitungan PPH 21 adalah sebagai berikut: Gaji pokok seorang karyawan adalah Rp 10.000.000 per bulan. Ia juga menerima tunjangan kesehatan sebesar Rp 1.000.000 dan iuran BPJS sebesar Rp 400.000 per bulan. Dengan menggunakan tarif PPH 21 5% untuk penghasilan hingga Rp 50.000.000 dan 15% untuk penghasilan di atas itu, maka perhitungan PPH 21 dapat dihitung sebagai berikut:

(10.000.000 + 1.000.000 – 400.000) x 5% = Rp 525.000

Jadi, karyawan tersebut harus membayar PPH 21 sebesar Rp 525.000 per bulan.


2. Batas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

Batas Penghasilan Tidak Kena Pajak atau PTKP merupakan jumlah penghasilan yang tidak dikenakan pajak dan menjadi hak setiap wajib pajak. PTKP ditentukan berdasarkan kondisi pribadi, seperti status perkawinan, jumlah tanggungan, dan pekerjaan. Saya akan menjelaskan lebih lanjut tentang PTKP dan bagaimana cara menghitungnya.

PTKP dapat berbeda-beda antara satu wajib pajak dengan yang lainnya, namun pada umumnya terdiri dari tiga jenis yaitu PTKP tunggal, PTKP perkawinan, dan PTKP tanggungan. PTKP tunggal digunakan untuk wajib pajak yang belum menikah atau duda/janda. PTKP perkawinan digunakan untuk wajib pajak yang sudah menikah dan mengurus rumah tangga. PTKP tanggungan digunakan untuk wajib pajak yang memiliki tanggungan seperti anak atau orang tua.

Cara menghitung PTKP adalah sebagai berikut: PTKP tunggal saat ini adalah Rp 54.000.000 per tahun, PTKP perkawinan adalah Rp 108.000.000 per tahun, dan PTKP tanggungan adalah Rp 4.500.000 per orang per tahun. Jika seorang karyawan belum menikah dan tidak memiliki tanggungan, maka PTKP tunggal yang berlaku adalah Rp 54.000.000 per tahun. Jika seorang karyawan sudah menikah dan memiliki satu anak, maka PTKP yang berlaku adalah PTKP perkawinan ditambah dengan PTKP tanggungan yaitu Rp 108.000.000 + (1 x Rp 4.500.000) = Rp 112.500.000 per tahun.


3. Tarif PPH 21

Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21 atau PPH 21 ditentukan berdasarkan besar penghasilan karyawan. Semakin besar penghasilan, semakin besar pula tarif PPH 21 yang dikenakan. Dalam topik ini, saya akan menjelaskan lebih detail tentang tarif PPH 21 dan bagaimana cara menghitungnya.

Tarif PPH 21 terdiri dari beberapa tingkat, dengan tarif tertinggi saat ini adalah 30% untuk penghasilan di atas Rp 1.000.000.000 per tahun. Tarif PPH 21 untuk penghasilan hingga Rp 50.000.000 per tahun adalah 5%, sedangkan untuk penghasilan di atas Rp 50.000.000 hingga Rp 250.000.000 per tahun adalah 15%. Selain itu, terdapat beberapa tarif lainnya tergantung pada besarnya penghasilan karyawan.

Contoh perhitungan tarif PPH 21 adalah sebagai berikut: Seorang karyawan memiliki gaji bulanan sebesar Rp 15.000.000. Dalam setahun penghasilan karyawan tersebut sebesar Rp 180.000.000. Tarif PPH 21 yang berlaku untuk besaran penghasilan tersebut adalah 15%. Sehingga, karyawan tersebut harus membayar PPH 21 sebesar: Rp 180.000.000 x 15% = Rp 27.000.000 per tahun.


4. Tabel PPH 21

Tabel Pajak Penghasilan Pasal 21 atau PPH 21 adalah tabel yang berisi persentase tarif pajak yang dikenakan pada berbagai besaran gaji dan penghasilan. Tabel PPH 21 digunakan oleh pihak perusahaan dalam menghitung pajak yang harus dipotong dari gaji karyawan. Saya akan menjelaskan bagaimana cara membaca tabel PPH 21 dan bagaimana tabel tersebut dihitung.

Tabel PPH 21 dapat ditemukan di situs web Direktorat Jenderal Pajak atau di buku panduan pajak. Tabel ini terdiri dari beberapa kolom yang menunjukkan besarnya penghasilan. Setiap kolom memiliki tarif PPH 21 yang berbeda-beda. Karyawan harus memerhatikan besarnya penghasilan yang tertera pada tabel dan mengacu pada tarif PPH 21 yang sesuai.

Contoh penggunaan tabel PPH 21 adalah sebagai berikut: Seorang karyawan memiliki gaji bulanan sebesar Rp 20.000.000. Besaran penghasilan tersebut termasuk dalam tarif PPH 21 15%. Dalam tabel PPH 21, tarif PPH 21 15% tertera pada besaran penghasilan antara Rp 50.000.000 hingga Rp 250.000.000. Sehingga, karyawan tersebut harus membayar PPH 21 sebesar: Rp 20.000.000 x 15% = Rp 3.000.000 per tahun.


5. PPh 21 untuk Profesi Khusus

Terdapat beberapa profesi khusus yang memiliki aturan perpajakan yang berbeda-beda. Aturan perpajakan untuk profesi khusus ini biasanya lebih kompleks dan membutuhkan perhitungan yang lebih detail. Dalam topik ini, saya akan membahas beberapa profesi khusus yang memiliki aturan perpajakan tersendiri seperti dosen, atlet, dan artis.

Para dosen, guru, dan peneliti memiliki aturan perpajakan yang berbeda-beda. Mereka biasanya dikenakan tarif PPH 21 sebesar 5% untuk penghasilan hingga Rp 50.000.000 dan 15% untuk penghasilan di atas itu. Terdapat beberapa penghasilan lain seperti royalti yang dapat mempengaruhi perhitungan PPH 21. Para atlet dan artis juga memiliki aturan perpajakan tersendiri seperti penghitungan pajak atas hak cipta, paten, dan lisensi yang berbeda dari profesi lainnya.

Contoh perhitungan PPH 21 untuk profesi khusus adalah sebagai berikut: Seorang dosen yang memiliki gaji bulanan sebesar Rp 8.000.000. Dalam setahun, jumlah penghasilannya sebesar Rp 96.000.000. Sesuai dengan tarif PPH 21 untuk penghasilan hingga Rp 50.000.000 dan 15% untuk penghasilan di atas itu, maka perhitungan PPH 21 dapat dihitung sebagai berikut:

(8.000.000 x 12) x 5% + (96.000.000 – (8.000.000 x 12)) x 15% = Rp 2.160.000

Jadi, seorang dosen harus membayar PPH 21 sebesar Rp 2.160.000 per tahun.


Demikianlah informasi penting tentang PPH 21 yang perlu anda ketahui sebagai seorang profesional. Dengan memahami topik-topik yang telah saya jelaskan, anda dapat menghitung dengan tepat berapa pajak yang harus dipotong dari gaji anda dan menghindari kesalahan dalam perhitungan pajak. Semoga informasi ini bermanfaat bagi anda.

Leave a Comment